Urapsayur dapat disajikan di piring ceper, atau wadah kotak plastik lain yang cantik. Tutup rapat agar tidak tumpah atau dihinggapi lalat. 5. Evaluasi. Setelah proses pengolahan urap sayur matang dan siap disajikan, evaluasi bahan pangan tersebut dengan uji rasa. Perhitunganbiaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap (listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll),serta biaya tidak tetap (bahan baku, tenaga kerja dan overhead). Untukmemproduksi 1 cup minuman memerlukan biaya Rp.3.000,- sehingga biaya untuk 50 cup adalah Rp. 150.000,-. Kemudian kita bisa peroleh bahwa pendapatan bersihnya adalah 200.000 - 150.000 = Rp.50.000,- Perhitungan Biaya Pada kasus ini kita ambil contoh produksi makanan awetan lidah buaya. Baca Juga : PengolahanMakanan Awetan Dari Bahan Pangan Nabati B. Kompetensi Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian 3.4 Memahami perhitungan biaya pengolahan (Harga Pokok Pengolahan) makanan awetan dari bahan pangan nabati. 3.4.1 Menjelaskan perhitungan biaya pengolahan (Harga Pokok Pengolahan) makanan awetan dari bahan pangan nabati. Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd Hỗ Trợ Nợ Xấu. Perhitungan biaya produksi makanan awetan berbahan dasar nabati pada dasarnya sama saja dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap listrik, air, penyusutan alat atau gedung, dan lain-lain, serta biaya tidak tetap bahan baku, tenaga kerja dan overhead. Biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan dalam membeli bahan baku. Bahan baku dapat berupa bahan baku utama dan bahan baku tambahan, serta bahan kemasan. Biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja. Jasa tenaga kerja ditetapkan sesuai keterampilan yang dimiliki pekerja dan sesuai kesepakatan antara pekerja dan pemilik usaha atau kesepakatan dalam kelompok kerja. Biaya produksi menentukan harga jual produk. Dalam menentukan harga jual juga harus memperhatikan modal dan biaya yang sudah dikeluarkan untuk produksi. Pengolahan produk kesehatan membutuhkan peralatan dan mesin kerja. Biaya pembelian alat-alat kerja dihitung sebagai modal kerja. Biaya modal kerja akan terbayar dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Titik impas atau Break Even Point adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapai titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan. Harga jual produk adalah sejumlah harga yang dibebankan kepada konsumen yang dihitung dari biaya produksi dan biaya lain di luar produksi seperti biaya distribusi dan promosi. Biaya produksi adalah semua biaya yang harus dikeluarkan dalam terjadinya produksi barang. Unsur biaya produksi adalah biaya tenaga kerja, biaya bahan baku dan biaya overhead. Secara umum biaya overhead dibedakan ke dalam Biaya overhead tetap, adalah biaya overhead yang jumlahnya tidak berubah meskipun jumlah produksinya berubah Biaya overhead variabel, adalah biaya overhead yang jumlahnya berubah secara proporsional bersesuaian dengan perubahan jumlah produksi. Biaya yang termasuk dalam biaya overhead adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan demi mendukung jalannya proses produksi, biaya pembelian bahan bakar minyak, benang, jarum, sabun atau pembersih untuk membersihkan bahan baku, lem serta bahan lainnya. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi Harga Pokok Produksi HPP. Berikut ini adalah contoh perhitungan harga untuk minuman lidah buaya. Diasumsikan dalam satu kali proses produksi akan diproduksi 500 mangkok lidah buaya, masing-masing berisi 240 gram lidah buaya buah dan kuah. Unsur Biaya Produksi Biaya Investasi Biaya Produksi Biaya Tetap Biaya Tidak Tetap Perhitungan biaya produksi meliputi biaya investasi. Biaya tetap dan biaya tidak tetap atau variabel untuk lidah buaya dapat ditampilkan seperti di bawah ini. Ini sebagai bahan pembelajaran jika akan membuat perencanaan kewirausahaan jenis produk lainnya. 1. Investasi Alat dan Mesin Investasi alat dan mesin, adalah pembelian perlengkapan alat dan mesin produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi. Alat dan mesin produksi yang dibeli harus sesuai dengan kapasitas produksi, dan hal teknis lainnya, seperti ketersediaan daya listrik, dan lainnya. Pada proses produksi lidah buaya, alat dan mesin yang dibutuhkan adalah sebagai berikut. Tabel Investasi Alat dan Mesin Lidah Buaya No Jenis Alat Jumlah unit dalam ribu Rp ∑ dalam ribu Rp 1 Cup sealer manual 1 2 Pisau 5 20 100 3 Talenan 5 15 75 4 Baskom plastik 5 25 125 5 Panci Stainless Steel 2 300 600 6 Kompor 1 600 600 7 Literan 2 20 40 8 Timbangan 1 200 200 9 pH Meter 1 400 400 10 Refraktometer 1 11 Alat lainnya 1 paket 200 200 Jumlah Rp Biaya Penyusutan / bulan = total investasi / umur alat = bulan 84 2. Biaya Tidak tetap Variabel Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi. Disini biaya tidak tetap bisa berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap, biasanya meliputi biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan kemasan. Pada proses produksi minuman lidah buaya, kebutuhan bahan baku dapat ditampilkan seperti tabel berikut. Tabel Biaya Tidak Tetap Lidah buaya No. Bahan baku Jumlah ribu Rp Harga ribu Rp 1 Lidah Buaya 100kg 4 400 2 Sirup 70 liter 5 350 3 Kemasan mangkok 525 0,3 157,5 4 Tutup mangkok 525 0,05 26,25 5 Kardus 22 2 44 6 Sendok 525 0,08 42 7 Lakban 2 10 20 Jumlah per satu kali produksi Rp Jumlah per bulan Rp 3. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dan jumlahnya bersifat tetap setiap bulannya, berapa banyak-pun jumlah produksinya. Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik atau air, gas, penyusutan alat, dan lainnya. Pada produk lidah buaya, biaya tetap yang dibutuhkan tersaji seperti pada tabel di bawah. Tabel Biaya Tetap Lidah buaya Items Jumlah dalam ribu Rp Tenaga kerja tetap 6 orang x Rp Listrik/air Gas Penyusutan Alat 84 Biaya lainnya 100 Total biaya per bulan Total biaya per hari 369,2 4. Total Biaya Total biaya adalah jumlah total atau keseluruhan dari biaya tidak tetap dan biaya tetap. Dari proses produksi lidah buaya, total biaya yang dibutuhkan adalah sebagai berikut Total biaya = Biaya variabel + Biaya tetap Total biaya = Rp + Rp Total biaya = Rp Harga Pokok Produksi HPP Harga Pokok Produksi HPP adalah harga pokok suatu produk. Jika dijual dengan harga tersebut, maka produsen tidak memperoleh keuntungan dan juga tidak memperoleh kerugian. HPP ditentukan untuk bisa menentukan harga jual. Harga jual adalah HPP yang ditambah dengan margin keuntungan yang akan diambil. Untuk produk lidah buaya ini, HPP-nya adalah Total Biaya / Jumlah produksi Rp 1. / 500 = Rp. 6. Harga Jual Harga jual adalah harga yang harus dibayarkan oleh pembeli untuk memperoleh produk tersebut. Harga jual dapat ditentukan melalui pertimbangkan HPP dan juga produk pesaing. Harga jual termasuk didalamnya harga dari pabrik dan harga konsumen. Harga dari pabrik tentu lebih murah karena saluran distribusi agen, toko, counter, dan sebagainya tentu juga harus mendapatkan keuntungan. Produk lidah buaya berkemasan mangkok ini, memiliki HPP-nya sebesar Rp dan produk pesaing dengan volume yang relatif sama dijual berkisar Rp hingga Rp Ditetapkan harga jual untuk minuman lidah buaya dari pabrik adalah Rp dengan harapan di tingkat konsumen, harganya akan berkisar Rp sampai Rp Tabel Harga jual lidah buaya No. Satuan Harga satuan dalam ribu Rp 1 Mangkok 240 gram 4 2 Karton isi 12 mangkok 48 7. Penerimaan Kotor Penerimaan kotor adalah jumlah uang penerimaan yang didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong dengan total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan kotor pada tabel di bawah. Tabel Penerimaan Kotor Lidah Buaya Jenis Kemasan Jumlah cup Satuan Rp Total Rp Mangkok 240 g 500 Total Rp 8. Pendapatan Bersih Laba Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang diperoleh oleh perusahaan, setelah dipotong dengan total biaya. Pada produksi lidah buaya, jumlah penerimaan bersih meliputi Pendapatan Bersih = Penerimaan kotor – Total biaya Pendapatan Bersih = Rp – Rp Pendapatan Bersih = Rp Jadi perkiraan pendapatan dalam satu kali produksi, atau dengan jumlah 500 mangkok lidah buaya, akan mendapatkan laba atau keuntungan sebesar Rp lima ratus Sembilan puluh satu ribu lima puluh rupiah. Baca Juga 1 Teknologi Pengolahan Makanan 2 Perencanaan Usaha Pengolahan Makanan 3 Sistem Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan Nabati 4 Perhitungan Biaya Makanan Awetan dari Bahan Nabati 5 Pemasaran Langsung Makanan Awetan dari Bahan Nabati 6 Hasil Kegiatan Usaha Makanan Awetan dari Bahan Nabati Rangkuman Materi Kewirausahaan Pengolahan Makanan Awetan Nabati Prakarya SMA Kelas 10 - Mempelajari perencanaan usaha makanan, sistem pengolahan makanan, perhitungan biaya, pemasaran langsung, dan kegiatan usaha makanan awetan dari bahan awetan dari bahan nabati adalah makanan yang awet yang berasal dari bahan baku tumbuh-tumbuhan, misalnya sayur-sayuran dan buah. Makanan awetan dari bahan nabati, baik makanan atau minuman yang diproduksi di suatu daerah, merupakan identitas daerah tersebut, dan menjadi pembeda dengan daerah lainnya. Berbagai makanan awetan dari bahan nabati di berbagai daerah di Indonesia menjadi ciri khas daerah tersebut. Wirausaha di bidang ini dapat menjadi pilihan yang sangat tepat karena kita lebih banyak mengenal produk makanan awetan daerah kita daripada daerah di sini Materi Pelajaran SMP/MTs dan SMA/SMK BukaBuku Pelajara SD, SMP/MTs, dan SMA/SMK BukaKumpulan Soal SMP dan SMA BukaA. Perencanaan Usaha Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan NabatiMakanan awetan dari bahan nabati adalah makanan yang dibuat dari SDA nabati, yang sudah melalui proses pengolahan yang tepat sesuai dan dikemas dengan baik, baik menggunakan pengawet sesuai kriteria BPOM maupun tidak sehingga mempunyai umur simpan yang lebih panjang. Makanan awetan berbahan dasar nabati yang saat ini beredar sudah cukup banyak, tetapi masih dapat dikembangkan lebih lanjut, baik kuantitas maupun kualitasnya. Tujuannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, juga untuk dijual ke daerah lain dan/atau wisatawan/pendatang. Beberapa terobosan dapat dilakukan untuk mengangkat citra dan cita rasa makanan awetan tersebut. Upaya terobosan tersebut diharapkan dapat membuka peluang makanan awetan berbahan dasar nabati tersebut untuk didistribusikan ke daerah lain dan diekspor. Hal tersebut akan menjadi promosi yang positif untuk meningkatkan nilai jual makanan awetan berbahan dasar nabati dan pengembangan pariwisata wirausaha makanan awetan dari bahan nabatiProduknya sangat bervariasi Bahan baku mudah didapat Teknologi pengolahan cukup sederhana dan dapat dipelajari Investasi alat dan mesin dapat disesuaikan dengan dana yang tersedia Pilihan kemasan sangat beragam dan mudah didapat Pasar sangat terbuka lebarKreativitas dibutuhkan dalam pengembangan wirausaha makanan awetan dari bahan nabati agar cita rasa lebih bervariasi, penampilan produk lebih menarik, produk lebih awet serta upaya promosi dan sosialisasi yang lebih ditingkatkan. Pengembangan makanan awetan dari bahan dasar nabati dapat dilakukan dengan memodifikasi cara pengolahan dan pengemasan. Modifikasi dapat memanfaatkan metode produksi dan teknologi baru. B. Sistem Pengolahan Makanan Awetan dari Bahan NabatiProduk makanan awetan adalah produk makanan dan minuman yang sudah mengalami proses pengolahan sehingga mempunyai keawetan yang lebih dapat dibagi menjadi makanan kering dan makanan basah. Produk makanan dapat juga dikelompokkan menjadi makanan jadi dan makanan setengah jadi. Makanan jadi adalah makanan yang dapat langsung disajikan dan dimakan. Makanan setengah jadi membutuhkan proses untuk mematangkannya sebelum siap untuk disajikan dan dimakan. Makanan kering khas daerah yang dapat langsung dimakan Contoh keripik balado dari daerah Sumatera Barat dan kuku macan dari Kalimantan Timur. Makanan kering khas daerah yang tidak dapat langsung dimakan Contoh kerupuk udang sidoarjo dan dendeng sapi bahan baku utamanya, makanan khas daerah dikelompokkan pada makanan khas daerah yang berbahan nabati dan berbahan pengolahan makanan awetan dari bahan nabati pada umumnya cukup sederhana dengan menggunakan metode dan alat yang sederhana pula. Bahan baku yang digunakan diharapkan juga adalah bahan baku lokal yang mudah didapatkan di lingkungan sekitarnya. Sebagai contoh makanan awetan dari bahan nabati adalah minuman lidah Produk Minuman dari Lidah BuayaMinuman lidah buaya sangat baik untuk kesehatan, mempunyai kalori yang sangat rendah 4 kal/100 g gel sehingga sangat sesuai untuk program diet. Di Kalimantan Barat, lidah buaya sudah diolah dalam berbagai bentuk makanan dan minuman seperti jus, koktail, gel lidah buaya dalam sirup, selai, jeli, dodol, dan manisan. Untuk memperpanjang umur simpannya, telah dilakukan pula penelitian pembuatan tepung lidah buaya dengan penambahan bahan buaya bisa digunakan sebagai bahan baku untuk minuman dalam membuat minuman lidah buaya kemasanlidah buaya segar, gula, asam sitrat penguat rasa flavor. Alat-alat membuat minuman lidah buaya kemasanpengemas cup, pisau, talenan, baskom, panci stainless steel pengganti tangki pencampuran dan tangki pasteurisasi, kompor, filling sealing machine boleh menggunakan yang manual, literan, timbangan, pH meter, refraktometer, dan Produksi Minuman Lidah BuayaLidah buaya yang akan digunakan, diseset kulitnya, kemudian dipotong dan dicuci. Lakukan pencucian menggunakan air hangat untuk menghilangkan lendir. Jika masih tersisa lendir, bisa dilakukan perendaman dalam air kapur. Selanjutnya, potongan lidah buaya dimasukkan ke dalam lidah buaya dan sirupnya dimasukkan ke dalam kemasan dengan perbandingan tertentu. Proses pengisian ini harus memperhatikan keseragamannya, jumlah padatan lidah buaya dan cairan sirup. Keseragaman ini sangat penting untuk pencapaian proses panas yang optimal bagi keseluruhan produk. Jika pada pengisian ini tidak baik, panas yang diterima produk dalam tiap kemasan akan berbeda. Pada proses pengisian, sirup harus dalam keadaan panas untuk menciptakan kondisi hot filling. Kemasan yang telah terisi harus segera ditutup untuk menghindari kontaminasi. Setelah itu, dilakukan pasteurisasi pada suhu 65 o C selama 55 menit. Untuk menghindari over cooking dan memberikan shock thermal pada bakteri termofilik, produk yang telah dipasteurisasi didinginkan dengan air mengalir sampai mencapai suhu 40 o dilakukan proses pendinginan, dan diangin-anginkan agar airnya kering, dilakukan pemberian label, setelah itu dikemas ke dalam karton. Kemudian, sebelum dipasarkan, dilakukan inkubasi 2-3 hari, untuk melihat kestabilan mutu produk tersebut. Pada karton, ditulis saran cara penanganan produk tersebut, yaitu harus disimpan di suhu sejuk, tidak boleh terkena sinar matahari langsung, tidak boleh langsung berhubungan dengan lantai/ dinding, dan batas maksimum penumpukan karton adalah 10 karton. C. Perhitungan Biaya Makanan Awetan dari Bahan NabatiPerhitungan biaya produksi makanan awetan dari bahan nabati pada dasarnya sama dengan cara biaya produksi lainnya. Biaya yang harus dihitung adalah biaya investasi, biaya tetap listrik, air, penyusutan alat/gedung, dll, serta biaya tidak tetap bahan baku, tenaga kerja dan overhead. Bahan baku dapat terdiri dari bahan baku utama dan bahan baku tambahan, serta bahan bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku. Biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja. Jasa tenaga kerja ditetapkan sesuai keterampilan yang dimiliki pekerja dan sesuai kesepakatan antara pekerja dan pemilik usaha atau kesepakatan dalam kelompok kerja. Biaya produksi menentukan harga jual produk. Penentuan harga jual juga harus mempertimbangkan modal dan biaya yang sudah dikeluarkan untuk produksi. Pengolahan produk kesehatan membutuhkan peralatan dan mesin kerja. Biaya pembelian alat-alat kerja tersebut dihitung sebagai modal kerja. Biaya modal kerja ini akan terbayar dengan laba yang diperoleh dari hasil penjualan. Titik impas Break Even Point adalah seluruh biaya modal yang telah dikeluarkan sudah kembali. Setelah mencapat titik impas, sebuah usaha akan mulai dapat menghitung keuntungan penjualan. Harga jual produk adalah sejumlah harga yang dibebankan kepada konsumen yang dihitung dari biaya produksi dan biaya lain di luar produksi seperti biaya distribusi dan promosi. Biaya produksi adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk terjadinya produksi barang. Unsur biaya produksi adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead. Secara umum biaya overhead dibedakan atas biaya overhead tetap, yaitu biaya overhead yang jumlahnya tidak berubah walaupun jumlah produksinya berubah dan biaya overhead variabel, yaitu biaya overhead yang jumlahnya berubah secara proporsional sesuai dengan perubahan jumlah produksi. Biaya yang termasuk ke dalam overhead adalah biaya listrik, bahan bakar minyak, dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk mendukung proses produksi. Biaya pembelian bahan bakar minyak, sabun pembersih untuk membersihkan bahan baku, benang, jarum, lem dan bahan bahan lainnya dapat dimasukan ke dalam biaya overhead. Jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan tersebut menjadi Harga Pokok Produksi HPP.Contoh Perhitungan Harga Untuk Minuman Lidah Buaya Diasumsikan dalam satu kali proses produksi akan diproduksi 500 mangkok lidah buaya, masing-masing berisi 240 gram lidah buaya buah dan kuah.1. Investasi Alat dan Mesin2. Biaya Tidak tetap Variabel Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah produksi. Jadi, sifatnya tidak tetap, bisa berubah sesuai jumlah produksinya. Biaya tidak tetap ini, biasanya meliputi biaya bahan baku, bahan pembantu dan bahan Tidak Tetap Lidah buaya3. Biaya TetapBiaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan yang jumlahnya tetap setiap bulannya, berapa pun jumlah produksinya. Biaya tetap meliputi biaya tenaga kerja, listrik/air, gas, penyusutan alat, dan lainnya. Biaya Tetap Lidah buaya4. Total BiayaTotal biaya adalah jumlah keseluruhan biaya tidak tetap dan biaya tetap. Pada proses produksi lidah buaya, total biaya yang dibutuhkan adalah Total biaya = Biaya variabel + Biaya tetap = Rp + Rp = Rp Harga Pokok Produksi HPPHarga Pokok Produksi HPP adalah harga pokok dari suatu produk. Jika dijual dengan harga tersebut, produsen tidak untung dan juga tidak rugi. HPP ditentukan untuk bisa menentukan harga jual. Harga jual adalah HPP ditambah margin keuntungan yang akan diambil. Untuk produk lidah buaya ini, HPP-nya adalah Total Biaya / Jumlah produksi Rp 1. / 500 = Rp. 6. Harga JualHarga jual adalah harga yang harus dibayarkan pembeli untuk mendapatkan produk tersebut. Harga jual bisa ditentukan dengan mempertimbangkan HPP dan juga produk pesaing. Harga jual ini meliputi harga dari pabrik dan harga konsumen. Harga dari pabrik tentu lebih murah karena saluran distribusi agen, toko, counter, dll tentu juga harus mendapatkan keuntungan. Pada produk lidah buaya dalam kemasan mangkok ini, melihat HPP-nya yaitu dan produk pesaing dengan volume yang relatif sama dijual berkisar sampai ditetapkan harga jual untuk minuman lidah buaya dari pabrik adalah Rp pada Tabel 4, dengan harapan di tingkat konsumen, harganya adalah Rp sampai Rp Harga jual lidah buaya7. Penerimaan KotorPenerimaan kotor adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, sebelum dipotong total Kotor Lidah Buaya8. Pendapatan Bersih Laba Pendapatan bersih adalah jumlah penerimaan uang yang didapatkan oleh perusahaan, setelah dipotong total biaya. Pada produksi lidah buaya ini, jumlah penerimaan bersih adalahPendapatan Bersih = Penerimaan kotor – Total biaya = – = Jadi perkiraan pendapatan untuk satu kali produksi, yaitu sebanyak 500 mangkok lidah buaya, akan mendapatkan laba/keuntungan sebesar Rp lima ratus Sembilan puluh satu ribu lima puluh rupiah.D. Pemasaran Langsung Makanan Awetan dari Bahan NabatiSistem pemasaran langsung ialah sistem pemasaran tanpa menggunakan perantara. Penjualan langsung juga terbagi menjadi beberapa jenis, misalnya penjualan dengan mempunyai outlet sendiri, atau sistem penjajaan langsung pada konsumen. Pemilihan sistem pemasaran yang tepat, menjadi salah satu penentu keberhasilan dari penerimaan produk tersebut di tangan konsumen. Salah satu ujung tombak pemasaran adalah promosi. Berbagai media promosi bisa digunakan untuk membantu meningkatkan pemasaran dari produk Budi daya Tanaman Pangan. Media yang bisa digunakan untuk memasarkan produk, tentu disesuaikan dengan kapasitas produksi yang sudah dibuat. Contoh Pemasaran LangsungTahap pertama dimulai dengan yang kecil, kenalkan lidah buaya kepada teman teman dekat, teman sekolah, tetangga di sekitar komplek, atau teman bermain. Berilah sedikit tes produk agar mereka bisa mencicipi produk buah buatan Anda supaya mereka tertarik produk mulai bisa di terima dan banyak penggemar, mulailah merambah pasar baru dengan menitipkannya di warung, di toko, atau di kantin sekolah Manfaatkanlah teknologi internet dan social network seperti facebook dan twiter sebagai sarana penjualan yang lain. Perbanyaklah teman dan follower, untuk memperluas pemasaran. Bisa juga dengan membuat blog gratis atau website yang berbayar dengan relatif terjangkau harganya. Gunakan penjualan yang kreatif yang hanya sedikit orang menjalaninya. Sebagai contoh bisa memanfaatkan munculnya fenomena “pasar kaget” di hampir setiap kota di Indonesia, juga saat ada momen “Car free day”, atau pada kesempatan Materi Kewirausahaan Pengolahan Makanan Awetan Nabati Prakarya SMA Kelas 10Sumber Buku Prakarya Kelas 10

perhitungan biaya makanan awetan dari bahan nabati